Minggu, 21 November 2010

analisis manajemen modal bank

ABSTRAK

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Supaya bank tetap dapat melakukan aktivitasnya, maka bank harus dapat memenuhi standar kecukupan modal yang harus dimiliki setiap dalam upaya untuk melindungi dari risiko yang mungkin timbul dalam menjalankan kegiatan usahanya. Apabila sebuah bank telah memiliki modal yang mencukupi, maka bank tersebut memiliki sumber daya financial yang cukup untuk berjaga-jaga terhadap potensi kerugian. Dengan demikian jika risiko kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) sudah dapat terpenuhi maka akan mampu meningkatkan kemampuan bank dalam meningkatkan laba.

Kata kunci : bank, sumber daya financial, risiko kecukupan modal ( capital adequacy ratio )

PENDAHULUAN

Keberlangsungan hidup suatu barang sangat tergantung dari kecakupan modal yang dapat menggerakan operasional bank. Pengertian modal yang cukup atau sehat masih menjadi perdebatan antara praktisi dengan regulator. Perbedaan pandangan tersebut disebabkan oleh perbedaan kepentingan. Setiap bank mempunyai karakteristik leverage dan tingkat insolvency yang berbeda sehingga setiap bank bisa memiliki modal yang berbeda dengan bank lain. Namun otoritas pengawas bank ( bank sentral ) lebih melihat pada kemampuan bank melindungi dana masyarakat, sebaran risiko dan kepentingan makro terkait stabilitas system keuangan/perbankan. Perbedaan pandangan tersebut kemudian disepakati oleh lembaga perbankan internasional yang dituangkan dalam basel accord ll yang mempertimbangkan risiko pasar, risiko kredit dan risiko lainnya dalam penentuan kecukupan modal.

Beberapa teori permodalan bank memang memberikan pedoman dalam pengambilan keputusan manajemen bank, namun di sisi lain bank sebagai lembaga yang tunduk pada regulasi harus tetap memperhatikan kecukupan modal dalam perspektif regulator. Misalnya secara konseptual bahwa pemilikan modal bank yang terlalu besar di pandang tidak efisien, namun modal besar akan mengarahkan pemegang saham bertindak berhati-hati ( prudent ) dalam mengelola bank sebaliknya modal yang terlalu kecil akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut dan berpotensi menimbulkan moral hazard. Oleh karena itu standar kecukupan modal diperlukan agar dapat menjamin keunikan pelayanan bank, melindungi bank dari kegagalan ( risiko ) serta menjamin keberlanjutan bank.

TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa teori permodalan dan prinsip dasar manajemen modal bank. Topik regulasi kecukupan modal bank juga dibahas beserta konsekuensinya bagi pemegang saham perbankan. Hal ini penting untuk membantu stakeholder tertentu dalam mengawasi perilaku pemegang saham ( bank ) terkait pelonggaran ( penurunan persyaratan modal ) dan pengetatan ( kenaikan persyaratan modal bank ). Beberapa teori permodalan :

1. Trade off theory atau balancing theory menurut miller and Modigliani ( MM )

Dengan meningkatnya penggunaan utang ( D ), maka keuntungan ( berupa penghematan pajak ) dari penggunaan utang juga akan semakin besar, namun disisi lain, present value ( pv ) biaya kebangkrutan ( financial distress ) dan pv agency cost juga meningkat. Dengan demikian, penggunaan utang akan menigkatkan nilai perusahaan ( bank ) namun hanya sampai pada titik tertentu dan setelah titik tersebut tercapai, maka penggunaan utang justru akan menurunkan nilai perusahaan ( bank ) karena kenaikan keuntungan dari penggunaan utang tidak sebanding dengan kenaikan financial distress dan agency cost. Titik balik ( pada D/E ratio sebesar B ) tersebut merupakan struktur modal yang optimal dan jumlah utang yang optimal seperti tampak pada Gambar 8.1 di bawah ini. Dalam pengukurannya untuk besaran indikasi truktur modal yang optimal dapat digunakan debt equity ratio atau rasio utang terhadap modal, tapi model ini juga tidak mampu menjelaskan kapan titik balik terjadi dan berapa modal yang optimal.mesipun demikian model ini memberikan indikasi bagi perbankan untuk hati-hati menentukan modal dan dana masyarakat,sebab komposisi yang tidak tepat akan menimbulkan kebangkrutan bank.

firm value, v “ Pure” MM Firm Value




Financial distress & agency cost







vu Actual Firm Value

firm value with no financial leverage







0

A B Debt Equity Ratio

Optimal debt

Gambar 8.1. struktur modal optimal dan biaya kebangkrutan ( financial distress )

Sumber : brigham & gapenski, 1999

Keterangan : financial distress adalah biaya kebangkrutan, sedangkan agency cost adalah biaya yang ditimbulkan akibat perilaku agen ( manajer ) tidak sejalan dengan kepentingan pemilik saham atau biaya monitoring pemegang saham terhadap manajemen.

  1. Teori urutan pendanaan ( pecking order theory ) menurut Meyers ( 1984 )

Teori yang berbasis pada informasi asimetri dan memiliki penjelasan yang berbeda dari teori saling tukar ( trade off theory ). Teori ini membedakan ekuitas dari laba ditahan dan penerbitan saham baru. Argumentasi pecking order theory didasarkan pada informasi asimetri sehingga biaya pendanaan eksternal menjadi lebih mahal dan manajer akan menggunakan sumber pendanaan yang memiliki biaya paling murah yakni dari sumber pendanaan internal, bila kebutuhan investasi lebih tinggi dari modal internal, tambahan utang merupakan urutan kedua, dan yang terakhir adalah penerbitan ekuitas baru.

Istilah urutan pendanaan modal ( pecking order ) secara eksplisit dikemukakan oleh Myers mengacu pada studi Gordon Donalson pada tahun 1961 yang menunjukkan bahwa manajer lebih menyukai menggunakan modal internal dari pada modal utang. Myers memperjelas konsep tersebut dan berpendapat keputusan pendanaan ( modal ) mengikuti pecking order theory sebagai berikut :

1. Bank lebih menyukai pendanaan dari sumber internal

2. Bank menyesuaikan target pembayaran dividen terhadap peluang investasi, walaupun dividen bersifat kenyal ( sticky ) dan rasio target pembayaran hanya secara bertahap disesuaikan terhadap peningkatan peluang investasi

3. Kebijakan dividen yang bersifat kenyal ( sticky ) ditambah dengan fluktuasi profitabilitas yang tidak bisa diprediksi, maka ketersediaan modal internal mungkin kurang atau lebih dari pengeluaran investasi

4. Apabila dana eksternal dibutuhkan, lembaga perbankan akan berusaha memilih sumber dana dari utang ( misalnya penerbitan pinjaman subordinasi ) karena dipandang lebih aman dari ekuitas.

Myers dan Majluf ( 1984 ) mengembangkan model ini pada kondisi informasi asimetri dengan mengasumsikan bahwa manajemen bertindak mewakili kepentingan pemegang saham lama dan mengasumsikan pemegang saham lama bersikap pasif.

  1. Teori keagenan tentang aliran kas bebas ( free cash flow )

Persoalan keagenan timbul karena pemisahan antara pemilik yang mendelegasikan wewenang kepada manajer. Bila masing-masing pihak yang berhubungan adalah pemaksimal kegunaan maka hal ini dapat dijadikan alasan bahwa manajer tidak selalu bertindak yang terbaik bagi kepentingan pemilik ( Jensen dan meckeling, 1976 ). Teori keagenan yang secara spesifik membahas aliran kas di kembangkan Jensen ( 1986 ) dengan mengacu pada study Kalay ( 1982 ) dan Easterbrook ( 1984 ) tentang persoalan keagenan dalam pembayaran dividen.

Teori keagenan kas bebas mendasarkan pada dugaan bahwa manajer lebih menyukai modal internal untuk membiayai investasi, karena penggunaan modal internal akan mengurangi keterlibatan pengawasan dari pihak eksternal terhadap keputusan yang dibuat oleh manajer.

Jensen (1986) menjelaskan bahwa pencptaan utang atau penghimpunan dana dapat mendorong manajer untuk mengelola bank efisien. Penerbitan utang atau penghimpunan dana dapat mengganti peran dividen sebagai alat untuk membuat membuat manajer bertindak disiplin dalam melunasi kewajiban pada masa datang dan untuk menghindari ancaman kebangkrutan. Harris dan Raviv (1990) juga berpendapat bahwa penggunaan utang selain meningkatkan disiplin manajer juga membuat manajer bersedia memberikan informasi kepada kreditor atau deposan mengenai prospek bank. Hal ini berarti meningkatkan transparansi bank terhadap pihak investor ataupun deposan.

METODE PENELITIAN

Data Sekunder :
Data yang diperoleh dari buku, artikel, internet dan data lainnya yang merupakan hasil penelitian maupun olahan yang telah ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk dasar modal bank

Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Klasifikasi modal bank secara umum menurut George Hempel pada hakekatnya ada tiga kelompok yaitu:

1. Subordinated debt , yaitu utang kepada pihak lain yang pelunasan nya hanya dapat dilakukan setelah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada kreditur lainnya misalnya penitip dana. Subordinated debt biasanya berbunga, bank akan membayar bunga tertentu di masa mendatang

2. Preferred stock, yaitu sejumlah dana tertentu yang ditanamkan oleh pemilik saham yang kewajiban untuk membayar dividen dalam jumlah tertentu hanya dapat dilakukan setelah terpenuhinya pembayaran kepada penitip dana ( deposan )

3. Common stock, yaitu modal dasar yang dimiliki oleh suatu bank yang biasanya terdiri dari dana saham, harga saham diatas pari,cadangan modal dan laba ditahan.

Klasifikasi modal bank menurut otoritas moneter adalah:

1. First tier capital yaitu modal utama yang tertanam di bank tersebut

2. Second tier capital yaitu sejumlah dana modal yang bukan bersumber dari pemilik/pemegang saham bank tersebut.

Fungsi modal bank

Fungsi modal bagi bank adalah:

1. Untuk melindungi deposan dengan menangkal semua kerugian usaha perbankan sebagai akibat salah satu atau kombinasi risiko usaha perbankan misalnya terjadinya insolvency dan likuidasi bank. Perlindungan terutama untuk dana yang tidak dijamin oleh pemerintah.

2. Untuk menigkatkan kepercayaan masyarakat berkenaan dengan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan memberikan keyakinan mengenai kelanjutan operasi bank meskipun terjadi kerugian

3. Untuk membiayai kebutuhan aktiva tetap seperti gedung, peralatan dan sebagainya

4. Untuk memenuhi regulasi permodalan yang sehat menurut otoritas moneter

Prinsip dasar manajemen modal bank

Prinsip manajemen modal akan tercermin dari langkah-langkah dalam memperhitungkan kebutuhan modal yang memadai, yaitu :

1. Menyusun Rencana Keuangan Secara Menyeluruh

Dalam penetuan modal bank perlu perencanaan menyeluruh terhadap aspek keuangan bank. Proses perencanaan tersebut dimulai dari analisis kinerja bank yang bersangkutan. Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan perlu menjadi pertimbangan manajemen bank. Dalam hal ini bank perlu mengidentifikasikan variable-variabel pokok yang dianggap sangat vital dalam operasional bank. Variabel vital tersebut umumnya berupa perkiraan penghimpunan dana pihak ketiga yang dapat dihimpun dari masyarakat misalnya tabungan, giro, deposito, dan kewajiban segera lainnya.

Variabel lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah kualitas sumber daya manusia yang akan menggerakkan bank. Kemampuan sumber daya manusia di bank tersebut perlu dipersiapkan.

2. Modal bank yang optimal atau memadai

Penentuan modal bank yang memadai adalah pekerjaan yang tidak mudah. Dalam perspektif teori keuangan, posisi modal bank itu bias dilihat dari posisi leverage nya. Hal ini bias dipahami karena karakteristik unik bank itu sangat gearing atau mempunyai leverage yang sangat tinggi atau modal relatif kecil, yang tercermin dari rasio utang terhadap modal. Dalam pandangan ilmu keuangan semakin tinggi utang semakin baik untuk nilai perusahaan, namun pada titik tertentu akan menimbulkan biaya kebangkrutan. Oleh karena itu posisi modal yang optimal diperlukan.

3. Pemenuhan modal dari internal bank

Dengan terpenuhinya modal dari internal maka menunjukkan bank tersebut mampu tumbuh dengan kekuatan sendiri yaitu dari sisa laba bank. Untuk mempertinggi laba bank diperlukan financial leverage. Financial leverage adalah variabel untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktivanya. Rasio yang digunakan adalah leverage multiplier yaitu perbandingan antara total aktiva dengan total modal bank.

Sebagai ilustrasi berikut profil diperusahaan non bank ( PT A ) dan Bank B.

Tabel 8.1

Ilustrasi komparasi posisi modal perusahaan manufaktur dan bank

Keterangan

PT A

Bank B

Assets

Rp. 1.000.000.000.000

Rp. 1.000.000.000.000

Equity

Rp. 400.000.000.000

Rp. 400.000.000.000

Net earnig

Rp. 100.000.000.000

Rp. 100.000.000.000

Equity/Assets

40 %

10%

Return on Assets

10%

1%

Leverage Multiplier

2,5x

10x

Return On Equity

25%

10%

Return on equity suatu bank dapat dilihat pada table 8.1 yang menunjukkan bahwa untuk bank B relative lebih kecil ( 10%) dibandingkan dengan ROE di PT A ( Sebesar 25%). Hal ini dapat dikatakan wajar karena modal PT A lebih besar dari Bank B. Namun yang perlu dipahami bahwa perolehan ROE di bank B sebesar 10% adalah hal yang sangat memuaskan bagi para pemilik saham di Bank B. Bank B beroperasi dengan modal yang relative kecil ternyata mampu memberikan manfaat keuntungan yang lebih baik mengingat leverage multiplier mencapai 10x daripada PT A yang hanya sebesar 2,5x. Ini menunjukkan bahwa pada skala usaha yang sama dengan perusahaan non bank, untuk mengoperasikan bank tidak diperlukan modal sebesar pada perusahaan non bank.

Dalam konteks pemenuhan modal dari internal, kita bisa memperhatikan leverage ratio yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan modal internal atau Internal Capital Generation Rate ( ICGR ). ICGR ini pada prinsipnya merupakan penentuan modal internal untuk menghindari modal dari luar. Walaupun demikian, informasi ICGR dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan modal dari luar ( capital gap ) bila modal dari dalam bank dianggap tidak memadai.

Dalam menentukan ICGR harus diketahui beberapa variable penting yaitu:

1. Leverage ratio yaitu total aktiva dibagi dengan modal bank

2. Return on Assets yaitu laba setelah pajak dibagi dengan total aktiva

3. Earnig Retention yaitu laba ditahan dibagi dengan total laba

Selanjutnya ICGR dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

TOTAL AKTIVA Laba sebelum Pajak Laba setelah Dividen

ICGR= X X

Total Modal Total Aktiva Total Laba

Laba setelah dividen atau disebut Retention adalah merupakan laba yang diperoleh selama tahun berjalan dan dikurangi dengan dividen yang dibayarkan, sehingga bisa dirumuskan bahwa :

Profit = payout + retention

Atau payout ratio ditambah dengan retention ratio sama dengan 1. Payout ratio adalah perbandingan antara dividen dengan total laba tahun berjalan. Rumus selanjutnya adalah

Payout ratio + Retention ratio = 1

Untuk memperjelas masalah ini berikut diilustrasikan penghitungan ICGR pada sebuah bank.

Tabel 8.2

Neraca Bank Artha Moro per 31 Desember 2008

Aktiva

Jumlah ( Rp)

Pasiva & modal

Jumlah ( Rp )

Kas

200.000.000

Giro

800.000.000

Giro BI

300.000.000

Tabungan

1.200.000.000

Bank-bank lain

800.000.000

Deposito

1.000.000.000

Surat berharga

1.000.000.000

Kewajiban segera lainnya

1.500.000.000

Kredit yang diberikan

2.200.000.000

Pinjaman diterima

1.000.000.000

Penyertaan

1.200.000.000

Aktiva tetap

300.000.000

modal

500.000.000

jumlah

6.000.000.000

6.000.000.000

Tabel 8.3

Laporan laba-rugi Bank Artha Moro per 31 Desember 2008

Rekening

Jumlah ( Rp )

Pendapatan operasional

1.800.000.000

Biaya operasional

1.300.000.000

500.000.000

Pendapatan non operasional

100.000.000

600.000.000

Biaya non operasional

450.000.000

Laba bersih sebelum pajak

150.000.000

pajak

24.000.000

Laba bersih setelah pajak

126.000.000

Bank artha moro pada akhir 2008 menentukan kebijakan dividen sebesar 20% dari laba bersih setelah pajak. Bank artha moro memprediksi aktiva akan tumbuh sebesar 30% pada 2009. Pertumbuhan aktiva tersebut perlu diimbangi dengan pertumbuhan modal agar dapat mempertahankan rasio modal terhadap aktiva. Untuk mencapai target tersebut Bank artha moro menempuh kebijakan dengan menaikkan retention ratio menjadi 85% dan menargetkan return on assets menjadi 2,5%. Berdasarkan informasi tersebut maka :

1. Hitung tingkat pertumbuhan modal internal pada tahun 2008!

2. Hitung tingkat pertumbuhan modal internal yang diharapkan pada tahun 2009!

3. Hitung posisi modal akhir tahun 2009 yang seharusnya!

4. Hitung capital gap pada akhir tahun 2009, bila bank ingin mempertahankan pertumbuhan aktiva 30% dengan pertumbuhan modal internal 2009 sesuai yang telah diperhitungkan!

Solusi:

1. Tingkat pertumbuhan modal internal pada tahun 2008 dapat ditentukan dengan langkah sebagai berikut:

a. Leverage ratio tahun 2008 adalah 6.000.000.000 / 500.000.000 = 12 kali atau rasio modal terhadap aktiva sebesar 8,33%

b. ROA tahun 2005 sebesar ( 126.000.000/6.000.000.000 ) x 100% = 2,1%

c. Kita ketahui bahwa payout ratio + retention ratio = 1, dengan memasukkan payout ratio 20% (lihat kebijakan dividen ) maka 20% + retention ratio=1,dengan demikian retention ratio tahun 2005 = 0,8 atau 80%

d. Dengan demikian tingkat pertumbuhan modal internal = 12 x 2,1% x 0,8 atau sama dengan 20,16%. Pemenuhan modal internal sebesar 20,16% ini tanpa mengurangi rasio modal terhadap aktiva bank

2. Tingkat pertumbuhan modal internal yang diharapkan pada 2009 bila bank ingin tetap mempertahankan rasio modal terhadap total aktiva sebesar 8,33% atau leverage ratio sebesar 12, akan tetapi retention ratio ditetapkan menjadi 85% dan ROA menjadi 2,5 % . maka pertumbuhan modal internal Bank Artha Moro tahun 2009 yang ditargetkan adalah sebesar : 12 x 2,5% x 0,85 % = 25,5%

3. Posisi modal bank akhir tahun 2009 dengan asumsi aktiva tumbuh 30% pada tahun 2009 dapat ditentukan :

a. Pertumbuhan aktiva 30% x 6.000.000.000 = 1.800.000.000 atau aktiva bank menjadi Rp 1. 800.000.000 + 6.000.000.000 = Rp. 7.800.000.000

b. Tingkat pertumbuhan modal internal tahun 2009 diprediksi sebesar 25,5% dengan demikian posisi modal bank pada akhir tahun 2009 diprediksi menjadi ( 500.000.000 x 25,5%) + 500.000.000 = Rp 627.500.000

4. Bila Bank Artha Moro ingin mempertahankan leverage ratio sebesar 12 kali, dan pertumbuhan aktiva 30%, maka capital gap dapat diperhitungkan sebagai berikut :

a. Leverage ratio = Total aktiva : Total Modal

b. 12 = 7.800.000.000 / ( 627.500.000 + Modal dari luar )

c. Capital gap = ( 7.800.000.000/12) – 627.500 = Rp 22.500.000

Jadi untuk mempertahankan pertumbuhan asset sebesar 30% dan leverage ratio pada tahun 2006, Bank Artha Moro harus menutup capital gap sebesar Rp 22.500.000. capital gap ini bisa dipenuhi dengan penerbitan saham baru atau dari pihak eksternal bank.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kebijakan dividen dapat digunakan untuk mengurangi aliran kas yang besar. Dalam kondisi bank memiliki aliran kas bebas tinggi, kebijakan dividen berfungsi sebagai substitusi utang dalam mekanisme pengawasan manajemen ( control manajemen ). Berdasarkan teori keagenan, mekanisme pengawasan melalui kebijakan dividen dan kebijakan utang dapat bersifat substitusi. Penggunaan kebijakan dividen atau kebijakan utang sebagai mekanisme control manajemen terkait dengan tingkat ketersediaan modal internal. Peningkatan pembayaran dividen cenderung dipakai pemilik untuk mengontrol manajer perusahaan yang memiliki modal tinggi. Dengan demikian kebijakan dividen cenderung berubah setiap waktu tergantung kondisi yang dihadapi perusahaan. Penjelasan teori keagenan ini tentang perubahan kebijakan dividen tersebut berbeda dengan penjelasan pecking order theory yang berasumsi bahwa dividen bersifat kenyal ( sticky ). Namun perubahan kebijakan dividen dapat terjadi apabila manajemen tidak dapat mempertahankan tingkat pembayaran dividen tertentu secara permanen.

Hasil penelitian ini diharapkan :

a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenal sistem lembaga keuangan yang ada di Indonesia khususnya perbankan.

b. Dapat menjadi masukan dan referensi khususnya mengenai sistem perbankan bagi kalangan akademis maupun masyarakat umum.

c. Dapat menjadi bahan pijakan untuk penelitian selanjutnya
.

DAFTAR PUSTAKA

brigham & gapenski, 1999

brigham, Eugene E, & Philip R. Daves, 2002, Intermediate Financial Management, south-western Thomson Learning, singapore

Jensen, M.C.,1986 Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate finance and Takeovers, American Economic Review, 76, May, 323-329

Kalay, A, 1982, Stockholder-Bondholder Conflict and Dividend Constraints, Journal of Financial Economic, 10, July, 211-233

Miller, H Merton, 1998, The Current Southeast Asia Financial Crisis, Pacific Basin Financial Journal, p 225 – 233

Myers,S.C., 1984, Capital Structure Puzzle, Journal of Finance 39(3), July, 575 - 592

Myers, S.C.,and N.S. Majluf, 1984, Corporate Financing and Investment Decisions When Firms Have Information Investors Do Not Have, Journal of Financial Economics, 13, June,187 - 221

3 komentar:

  1. Assalamualaikum.. Wah postingannya sangat bagus.. Oh iya postingannya dikutip dari jurnal mana? Terima kasih sebelumnya

    BalasHapus
  2. Kabar baik
    Nama saya Ayu Ahmed, warga negara Indonesia, dari kota Yogyakarta. Saya ingin menggunakan media ini untuk memberikan rekomendasi krusial bagi semua warga negara Indonesia di mana untuk mencari pinjaman menjadi sangat hati-hati karena internet dipenuhi dengan penipu, beberapa bulan yang lalu saya sangat membutuhkan pinjaman, karena situasi keuangan saya tidak terlalu baik dan putus asa aku jatuh ke tangan pemberi pinjaman palsu, saudi arabia. Saya hampir mati, sampai seorang teman saya merujuk saya kepada pemberi pinjaman yang sangat bisa diandalkan yang disebut Mrs. Mary William, pemilik organisasi kredit global, dia adalah pemberi pinjaman Asli; Saya menelepon dan dia meminjamkan jumlah pinjaman dari Rp 555.000.000,00 dalam waktu kurang dari 12 jam perawatan dengan tingkat bunga 2% dan mengubah kehidupan seluruh keluarga saya.

    jadi ini pekerjaan yang baik dari Ibu Mary William dalam hidup saya dan keluarga saya, saya memutuskan untuk mengingatkan dan membagikan kesaksian saya tentang Ny. Mary, sehingga orang-orang dari negara saya dan kota saya dapat memperoleh pinjaman dengan mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman dalam bentuk apa pun, silakan hubungi Ms. Mary William melalui email: marywilliam902@gmail.com

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ayuahmed180@gmail.com dan Miss Ruth yang memperkenalkan saya dan memberi tahu saya tentang Mrs. Mary, Dia juga menerima pinjaman dari Ibu Mary. Anda juga dapat menghubunginya melalui emailnya: ruthedwin98@gmail.com Sekarang, saya adalah seorang pemilik bisnis wanita yang baik dan hebat di kota saya, Semoga Tuhan terus memberkati Ibu Mary William untuk pekerjaan yang baik dalam hidup saya dan keluarga saya.

    BalasHapus
  3. kesaksian nyata dan kabar baik !!!

    Nama saya mohammad, saya baru saja menerima pinjaman saya dan telah dipindahkan ke rekening bank saya, beberapa hari yang lalu saya melamar ke Perusahaan Pinjaman Dangote melalui Lady Jane (Ladyjanealice@gmail.com), saya bertanya kepada Lady jane tentang persyaratan Dangote Loan Perusahaan dan wanita jane mengatakan kepada saya bahwa jika saya memiliki semua persyarataan bahwa pinjaman saya akan ditransfer kepada saya tanpa penundaan

    Dan percayalah sekarang karena pinjaman rp11milyar saya dengan tingkat bunga 2% untuk bisnis Tambang Batubara saya baru saja disetujui dan dipindahkan ke akun saya, ini adalah mimpi yang akan datang, saya berjanji kepada Lady jane bahwa saya akan mengatakan kepada dunia apakah ini benar? dan saya akan memberitahu dunia sekarang karena ini benar

    Anda tidak perlu membayar biayaa pendaftaran, biaya lisensi, mematuhi Perusahaan Pinjaman Dangote dan Anda akan mendapatkan pinjaman Anda

    untuk lebih jelasnya hubungi saya via email: mahammadismali234@gmail.comdan hubungi Dangote Loan Company untuk pinjaman Anda sekarang melalui email Dangotegrouploandepartment@gmail.com

    BalasHapus